• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Kupu-Kupu dan Janji di Taman Bunga

img

Attanwir.web.id Selamat beraktivitas semoga hasilnya memuaskan. Di Artikel Ini mari kita kupas tuntas sejarah {label}. Insight Tentang {label} {judul} Simak penjelasan detailnya hingga selesai.

**Kupu-Kupu dan Janji di Taman Bunga**

Di sebuah desa yang subur, dekat kota Madinah pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad adalah anak yang ceria, dengan mata cokelat berbinar dan rambut ikal yang selalu berantakan. Ia dikenal jujur dan selalu menepati janji, didikan dari ibunya, Fatimah, seorang wanita salihah yang sangat mencintai Al-Quran.

Setiap sore, Ahmad bermain di taman bunga milik Abdullah, seorang sahabat Rasulullah SAW. Taman itu sangat indah, dengan berbagai macam bunga berwarna-warni dan kupu-kupu yang beterbangan. Di sana, Ahmad berteman dengan seekor kupu-kupu cantik berwarna biru yang ia beri nama Laila. Laila memiliki sayap yang berkilauan dan gerakannya sangat anggun.

Suatu hari, Ahmad berjanji kepada Laila, "Laila, besok aku akan membawakanmu madu dari sarang lebah di pohon kurma itu. Pasti kamu suka!" Laila menari-nari di udara seolah mengiyakan janji Ahmad. Ahmad sangat senang dan bergegas pulang dengan membayangkan senangnya Laila besok.

Namun, keesokan harinya, Ahmad sakit demam. Tubuhnya panas dan ia tidak bisa bangun dari tempat tidur. Ia sangat sedih karena tidak bisa menepati janjinya kepada Laila. Fatimah, ibunya, menenangkan Ahmad. "Nak, istirahatlah. Allah SWT Maha Mengetahui. Jika kamu sembuh, kamu bisa menepati janjimu."

Ahmad menangis, "Tapi Ibu, aku sudah berjanji pada Laila! Janji itu hutang!" Fatimah memeluk Ahmad dan berkata, "Benar, nak. Janji itu hutang. Tapi Allah SWT memberikan keringanan bagi orang yang sakit. Ingatlah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 286: *'Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...*' Sekarang, berdoalah kepada Allah agar kamu segera sembuh."

Keesokan harinya, Ahmad sudah merasa lebih baik. Dengan hati-hati, ia berjalan ke taman bunga. Dari kejauhan, ia melihat Laila terbang rendah seolah mencarinya. Ketika Laila melihat Ahmad, ia terbang mendekat dan menari-nari di sekeliling Ahmad.

"Laila, maafkan aku. Kemarin aku sakit dan tidak bisa menepati janjiku," kata Ahmad dengan nada menyesal. Laila hinggap di tangan Ahmad dan tampak tenang.

Tiba-tiba, Abdullah, pemilik taman, datang menghampiri mereka. "Ahmad, kamu sudah sembuh? Aku melihat Laila terus mencarimu sejak kemarin. Dia pasti sangat merindukanmu." Abdullah tersenyum bijak. "Ahmad, menepati janji itu penting, tapi Allah SWT juga melihat niat dan usaha kita. Kamu sudah berusaha menepati janjimu, dan Allah SWT Maha Pengasih."

Ahmad tersenyum lega. Ia kemudian memetik setangkai bunga madu dan memberikannya kepada Laila. Laila dengan gembira menghisap madu dari bunga itu. Ahmad belajar bahwa meskipun ia tidak bisa menepati janjinya karena sakit, niat baik dan usahanya tetap dihargai oleh Allah SWT. Ia juga menyadari bahwa Allah SWT selalu memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang berusaha.

Sejak hari itu, Ahmad semakin berhati-hati dalam berjanji. Ia selalu berusaha menepati janjinya, karena ia tahu janji adalah hutang. Ia juga selalu ingat bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu dan akan memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang tulus. Ahmad dan Laila terus berteman di taman bunga, saling mengingatkan tentang pentingnya janji dan kebesaran Allah SWT. Mereka menjadi contoh bagi anak-anak di desa tentang kejujuran dan kepercayaan.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Baik, ini dia dongeng Islami dengan judul "Si Kodok yang Tak Pernah Menyerah":

**Si Kodok yang Tak Pernah Menyerah**

Di sebuah desa kecil nan subur bernama Al-Barakah, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad adalah anak yang ceria dan sholeh. Ia memiliki rambut ikal berwarna coklat, mata yang berbinar-binar, dan pipi yang selalu merona. Setiap hari, Ahmad selalu pergi ke sungai untuk membantu ibunya mencuci pakaian. Di sungai itulah ia menemukan seekor kodok kecil berwarna hijau lumut. Kodok itu cacat, kaki kirinya pincang, namun matanya berbinar penuh semangat.

Ahmad menamai kodok itu Umar, terinspirasi dari Khalifah Umar bin Khattab yang gagah berani. Umar si kodok memang pemberani. Ia selalu berusaha mengejar serangga dan melompat ke bebatuan meskipun dengan susah payah. Namun, seringkali ia terjatuh dan menjadi bahan ejekan kodok-kodok lain yang lebih sempurna.

"Lihat Umar si pincang! Mau kemana kau?" ejek Khalid, kodok besar yang sombong. "Sudah tahu cacat, masih saja sok kuat!"

Umar hanya diam. Ia tidak membalas ejekan itu, namun hatinya sangat sedih. Ia merasa berbeda dan tidak berguna. Suatu hari, Ahmad melihat Umar murung di balik batu.

"Umar, kenapa kamu sedih?" tanya Ahmad sambil mengelus kepala kodok kecil itu.

Umar bercerita tentang ejekan teman-temannya. Ahmad tersenyum bijak. "Umar, jangan dengarkan mereka. Allah menciptakanmu dengan keunikanmu sendiri. Kekuranganmu bukan berarti kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Ingatlah firman Allah dalam Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 286: *'Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...'*"

Ahmad melanjutkan, "Allah memberikanmu semangat yang besar, Umar. Manfaatkanlah semangat itu untuk hal-hal yang baik. Jangan biarkan ejekan orang lain meruntuhkan semangatmu."

Umar terdiam, merenungkan kata-kata Ahmad. Ia teringat mimpinya untuk bisa menyeberangi sungai yang lebar itu. Sungai itu penuh dengan batu-batu besar dan arus yang deras, tantangan yang berat bagi kodok biasa, apalagi bagi Umar yang pincang. Namun, ia tidak ingin menyerah.

Sejak saat itu, Umar berlatih setiap hari. Ia melompat-lompat di atas batu, berenang melawan arus, dan menghindari rintangan. Awalnya, ia sering terjatuh dan kelelahan. Namun, ia tidak pernah menyerah. Ia selalu mengingat pesan Ahmad dan semangat yang Allah berikan kepadanya.

Suatu hari, desa Al-Barakah dilanda banjir besar. Air sungai meluap dan merendam seluruh desa. Banyak hewan yang hanyut terbawa arus, termasuk anak-anak kodok. Melihat teman-temannya dalam bahaya, Umar memberanikan diri. Ia melompat ke air dan berenang sekuat tenaga melawan arus yang deras.

Dengan susah payah, Umar berhasil menyelamatkan beberapa anak kodok. Ia membawa mereka ke tempat yang lebih tinggi dan aman. Kodok-kodok lain yang dulu mengejeknya, kini menatapnya dengan kagum. Khalid, kodok besar yang sombong itu, bahkan meminta maaf kepada Umar.

"Umar, maafkan aku. Aku telah salah menilaimu. Ternyata, kekuranganmu tidak menghalangimu untuk berbuat baik. Kau adalah pahlawan," kata Khalid dengan tulus.

Umar tersenyum. Ia tidak menyimpan dendam. Ia justru senang bisa membantu orang lain. Sejak saat itu, Umar menjadi teladan bagi semua kodok di desa Al-Barakah. Ia membuktikan bahwa kekurangan bukanlah halangan untuk meraih mimpi dan berbuat baik. Ia menjadi bukti nyata bahwa dengan semangat dan keyakinan kepada Allah, tidak ada yang mustahil.

Ahmad pun bangga melihat Umar. Ia tahu bahwa Umar telah belajar menjadi pribadi yang kuat dan bermanfaat. Ia selalu mengingatkan Umar untuk selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Karena, sesungguhnya, semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah SWT.

**Pesan Moral:** Jangan pernah menyerah pada keterbatasan diri. Gunakanlah setiap kesempatan untuk berbuat baik dan membantu sesama. Percayalah kepada Allah dan yakinlah bahwa dengan semangat dan doa, tidak ada yang mustahil.

Tentu, ini dia dongeng Islami tentang Rusa Kecil dan Rahasia Keberanian:

**Rusa Kecil dan Rahasia Keberanian**

Di sebuah desa yang damai, dekat dengan padang rumput luas di zaman Khalifah Umar bin Khattab, hiduplah seekor rusa kecil bernama Karim. Karim memiliki bulu cokelat lembut dengan bintik-bintik putih yang lucu, mata bulat yang selalu tampak ingin tahu, dan kaki-kaki ramping yang gesit. Namun, sayangnya, Karim adalah rusa yang sangat penakut. Setiap suara gemerisik dedaunan, setiap bayangan yang bergerak, membuatnya gemetar ketakutan dan lari terbirit-birit.

Suatu hari, ketika Karim sedang merumput di dekat sungai, ia mendengar suara tangisan yang lirih. Dengan jantung berdebar kencang, Karim perlahan mendekat dan melihat seorang anak laki-laki bernama Abdullah, duduk di tepi sungai sambil terisak. Abdullah adalah anak seorang petani, berumur sekitar tujuh tahun, dengan rambut hitam legam dan mata yang sayu.

"Kenapa kamu menangis, Abdullah?" tanya Karim dengan suara pelan.

Abdullah mendongak, terkejut melihat seekor rusa berbicara padanya. "Aku...aku kehilangan domba kesayanganku, Basyir. Dia terlepas dari kandang tadi pagi dan aku tidak bisa menemukannya," jawab Abdullah, air mata kembali membasahi pipinya.

Karim merasa iba. Ia ingin membantu Abdullah, tetapi rasa takutnya kembali menghantuinya. Ia membayangkan hutan yang gelap, suara serigala yang menakutkan, dan bahaya-bahaya lain yang mungkin mengintai. Namun, ia ingat pesan ibunya tentang pentingnya membantu sesama. Ibunya selalu berkata, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."

Dengan mengumpulkan segenap keberanian, Karim berkata, "Jangan khawatir, Abdullah. Aku akan membantumu mencari Basyir."

Abdullah menatap Karim dengan tak percaya. "Kamu yakin, Karim? Hutan itu berbahaya. Kamu kan rusa yang penakut."

Karim menarik napas dalam-dalam. "Aku memang penakut, Abdullah. Tapi aku tidak ingin melihatmu bersedih. Dan aku percaya, dengan pertolongan Allah, kita akan menemukan Basyir."

Maka, Karim dan Abdullah memulai pencarian mereka. Karim dengan hati-hati memandu Abdullah melewati semak-semak berduri dan melompati bebatuan terjal. Setiap kali rasa takut menghampirinya, Karim mengingat wajah sedih Abdullah dan memohon pertolongan kepada Allah. Ia membaca dalam hatinya ayat Al-Quran: "Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir." (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong). (QS. Ali Imran: 173)

Setelah berjam-jam mencari, mereka mendengar suara mengembik yang lemah. Mereka mengikuti suara itu dan menemukan Basyir terjebak di dalam semak-semak yang lebat. Abdullah segera membebaskan Basyir, dan domba itu langsung berlari menghampiri tuannya, menjilat-jilat tangannya dengan penuh kasih sayang.

Abdullah sangat gembira. Ia memeluk Karim erat-erat. "Terima kasih, Karim! Kamu benar-benar rusa yang hebat. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu."

Karim merasa lega dan bahagia. Ia menyadari bahwa keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut, tetapi kemampuan untuk bertindak meskipun merasa takut. Ia juga menyadari bahwa membantu orang lain adalah cara terbaik untuk mengatasi rasa takut.

Sejak hari itu, Karim menjadi rusa yang lebih berani. Ia tidak lagi mudah panik dan selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Ia belajar bahwa dengan beriman kepada Allah dan berbuat baik, ia bisa mengatasi segala rintangan. Dan Abdullah, ia selalu mengingat Karim, rusa kecil yang mengajarkannya tentang arti persahabatan dan keberanian.

Pesan moral dari dongeng ini adalah: **Keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut, melainkan kemampuan untuk bertindak meskipun merasa takut, dengan berlandaskan iman kepada Allah dan niat untuk membantu sesama.**

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Baik, ini dia dongeng Islami dengan judul "Semut Rajin dan Belalang Pemalas":

**Semut Rajin dan Belalang Pemalas**

Di sebuah desa subur yang dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab, hiduplah seekor semut bernama Fatimah. Fatimah adalah semut kecil yang sangat rajin dan pekerja keras. Tubuhnya mungil berwarna coklat mengkilap, matanya berbinar penuh semangat, dan kakinya lincah bergerak mengumpulkan makanan. Setiap hari, sejak matahari terbit hingga terbenam, Fatimah tak pernah berhenti bekerja. Ia memungut biji-bijian, serpihan buah, dan apa pun yang bisa ia bawa ke sarangnya. Ia melakukannya dengan sabar dan tekun, tahu bahwa musim dingin akan segera tiba.

Di dekat sarang Fatimah, tinggallah seekor belalang bernama Ahmad. Ahmad adalah belalang yang tampan dengan sayap hijau berkilauan dan kaki-kaki panjang yang lentur. Sayangnya, Ahmad sangat pemalas. Ia lebih suka bermalas-malasan di atas daun, bernyanyi riang, dan menikmati hangatnya matahari. Ia menertawakan Fatimah yang sibuk bekerja, “Hai Fatimah, kenapa kau begitu sibuk? Lihatlah, hari ini sangat indah. Nikmatilah selagi bisa!”

Fatimah hanya tersenyum dan menjawab, “Wahai Ahmad, aku bekerja untuk mempersiapkan diri menghadapi musim dingin. Musim dingin sangat keras, tidak ada makanan yang bisa ditemukan. Jika aku tidak bekerja sekarang, bagaimana aku bisa bertahan hidup nanti?”

Ahmad hanya tertawa dan berkata, “Ah, musim dingin masih lama. Jangan khawatir, Fatimah. Allah Maha Pemberi Rezeki. Pasti ada saja cara untuk bertahan hidup.” Ia kemudian kembali bernyanyi dan bermalas-malasan.

Waktu terus berlalu. Musim panas yang ceria berganti dengan musim gugur yang dingin. Daun-daun mulai berguguran dan angin bertiup semakin kencang. Fatimah semakin giat bekerja, mengisi sarangnya dengan makanan sebanyak-banyaknya.

Kemudian, musim dingin tiba. Salju mulai turun dan menutupi seluruh desa. Tanah menjadi beku dan tidak ada lagi makanan yang bisa ditemukan. Fatimah berdiam diri di dalam sarangnya yang hangat dan nyaman, menikmati hasil kerja kerasnya selama ini.

Ahmad, di sisi lain, sangat menderita. Ia kedinginan dan kelaparan. Ia mencoba mencari makanan, tetapi tidak menemukan apa pun. Ia menyesal karena telah bermalas-malasan selama musim panas. Dengan tubuh menggigil, ia memberanikan diri mendatangi sarang Fatimah.

“Fatimah, tolong aku,” pinta Ahmad dengan suara lemah. “Aku sangat lapar dan kedinginan. Bisakah kau memberiku sedikit makanan?”

Fatimah menatap Ahmad dengan iba. Ia teringat akan perkataan Ahmad saat ia sedang bekerja keras. Namun, hatinya yang penuh kasih tidak tega melihat Ahmad menderita. Ia teringat akan firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

"…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."

Fatimah lalu berkata, “Wahai Ahmad, aku memang pernah mengingatkanmu untuk bekerja keras. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu kelaparan. Masuklah ke dalam sarangku, aku akan memberimu makanan.”

Ahmad sangat berterima kasih kepada Fatimah. Ia berjanji akan belajar dari kesalahannya dan tidak akan bermalas-malasan lagi. Ia menyadari bahwa bekerja keras adalah sebuah keharusan dan bahwa Allah SWT menyukai orang-orang yang bekerja keras dan saling membantu.

Sejak saat itu, Ahmad menjadi sahabat baik Fatimah. Ia belajar darinya tentang pentingnya bekerja keras dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Ia juga belajar bahwa Allah SWT selalu memberikan rezeki kepada hamba-Nya yang berusaha, tetapi kita juga harus berusaha untuk mendapatkannya.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Baik, ini dia dongeng Islami dengan judul "Anak Harimau dan Pelajaran Tentang Sabar":

**Anak Harimau dan Pelajaran Tentang Sabar**

Di sebuah desa kecil nan subur bernama Al-Hikmah, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad memiliki mata coklat yang jernih, rambut ikal berwarna madu, dan pipi yang selalu merona kemerahan. Ia dikenal sebagai anak yang ceria, namun sayangnya, ia kurang sabar. Segala sesuatu ingin diselesaikannya dengan cepat, bahkan terkesan terburu-buru.

Suatu hari, Ahmad menemukan seekor anak harimau yang terperangkap di dalam lubang di hutan dekat desa. Anak harimau itu kecil, lemah, dan tampak ketakutan. Tanpa pikir panjang, Ahmad segera berusaha menarik anak harimau itu keluar.

"Ayo, sini! Pegang tanganku! Cepat!" seru Ahmad dengan nada tidak sabar sambil menarik-narik tangan anak harimau. Anak harimau itu justru semakin ketakutan dan mencakar Ahmad.

"Aduh! Kenapa kau malah mencakar? Aku kan mau menolongmu!" Ahmad menggerutu kesal.

Melihat kesulitan Ahmad, seorang wanita tua bernama Fatimah datang menghampiri. Fatimah adalah seorang wanita yang bijaksana dan sabar. Ia memiliki kerutan di wajahnya yang menandakan pengalaman hidup yang panjang, dan senyum yang selalu menghiasi bibirnya.

"Ahmad, sabarlah Nak. Harimau itu ketakutan. Kau tidak bisa menariknya begitu saja," kata Fatimah dengan lembut. "Sabar itu separuh dari iman. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 153: 'Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.'"

Fatimah kemudian mengambil sekeranjang daging dari rumahnya. Ia meletakkan daging itu di dekat lubang, perlahan-lahan dan dengan tenang. Anak harimau itu mengendus daging tersebut dan mulai memakannya. Setelah merasa kenyang, anak harimau itu menjadi lebih tenang.

Dengan perlahan, Fatimah mengulurkan tangannya ke arah anak harimau. Anak harimau itu tidak lagi mencakar, melainkan menjilat tangan Fatimah. Dengan hati-hati, Fatimah mengangkat anak harimau itu keluar dari lubang.

Ahmad tertegun melihat kesabaran Fatimah. Ia menyadari bahwa kesabarannya sangat kurang. "Bagaimana bisa Ibu Fatimah begitu sabar?" tanyanya dalam hati.

Fatimah tersenyum kepada Ahmad. "Sabar itu butuh latihan, Nak. Sama seperti menanam pohon. Kita harus sabar menunggu bibitnya tumbuh dan berbuah. Begitu juga dengan menolong orang lain. Kita harus sabar dan penuh kasih sayang."

Sejak hari itu, Ahmad belajar untuk menjadi lebih sabar. Ia belajar bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu dan proses. Ia juga belajar bahwa kesabaran akan membawa hasil yang lebih baik daripada terburu-buru. Ia mulai belajar mengendalikan emosinya dan berpikir sebelum bertindak.

Suatu hari, Ahmad melihat seorang anak kecil yang kesulitan mengerjakan soal matematika. Ahmad tidak langsung memberikan jawaban, melainkan dengan sabar membimbing anak itu langkah demi langkah. Anak kecil itu akhirnya mengerti dan berhasil menyelesaikan soalnya sendiri.

Ahmad tersenyum bangga. Ia merasa bahagia karena telah membantu orang lain dengan sabar. Ia menyadari bahwa kesabaran adalah kunci untuk meraih keberhasilan dan kebahagiaan.

Ahmad terus berusaha menjadi pribadi yang lebih sabar. Ia tahu bahwa perjalanan untuk menjadi sabar itu panjang dan penuh tantangan. Namun, ia yakin bahwa dengan pertolongan Allah SWT, ia akan mampu meraihnya. Dan setiap kali ia merasa tidak sabar, ia selalu ingat nasihat Fatimah dan ayat Al-Quran tentang kesabaran.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Begitulah uraian komprehensif tentang {judul} dalam {label} yang saya berikan Silakan aplikasikan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari cari inspirasi positif dan jaga kebugaran. Sebarkan manfaat ini kepada orang-orang di sekitarmu. semoga artikel berikutnya bermanfaat untuk Anda. Terima kasih.

Special Ads
© Copyright 2024 - DKM Attanwir
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads