• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Si Kancil dan Ember Air Kebaikan

img

Attanwir.web.id Hai semoga perjalananmu selalu mulus. Di Blog Ini saya akan mengulas tren terbaru mengenai {label}. Informasi Terkait {label} {judul} Yuk

Baik, ini dia dongeng Islami berjudul ""Si Kancil dan Ember Air Kebaikan"":

Di sebuah desa yang damai di tepi sungai Nil, hiduplah seorang pemuda bernama Ahmad. Tubuhnya kurus namun gesit, kulitnya coklat karena sering bermain di bawah terik matahari, dan matanya selalu berbinar penuh semangat. Ia terkenal cerdik dan suka menolong, meskipun terkadang sedikit nakal seperti anak-anak seumurannya.

Pada suatu hari yang panas, desa itu dilanda kekeringan. Sungai Nil yang biasanya melimpah air, kini hanya menyisakan genangan lumpur. Ladang-ladang gersang, tanaman layu, dan hewan-hewan kehausan. Penduduk desa, termasuk Ahmad, dilanda kesusahan.

Fatimah, seorang wanita tua yang bijaksana dan salehah, memanggil Ahmad. Wajahnya keriput dipenuhi garis-garis senyum, jilbab putihnya selalu menutupi rambutnya dengan rapi. ""Ahmad, cucuku,"" ujarnya dengan suara lembut, ""Rasulullah SAW bersabda, 'Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.' (HR. Ahmad). Desa kita sedang membutuhkan bantuanmu.""

Ahmad mengangguk, ""Apa yang bisa kulakukan, Nenek Fatimah?"" tanyanya dengan penuh perhatian.

Nenek Fatimah menunjuk ke arah hutan di seberang desa. ""Di dalam hutan itu, terdapat sebuah mata air yang jernih. Jika kamu berhasil membawa air dari sana, kamu akan menyelamatkan desa ini.""

Tanpa ragu, Ahmad segera berlari menuju hutan. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Umar, seekor kancil yang sombong dan licik. Umar dikenal karena kecerdasannya, namun sayangnya, ia sering menggunakannya untuk menipu dan memanfaatkan orang lain. Bulunya berwarna coklat keemasan, matanya tajam penuh perhitungan, dan langkahnya selalu angkuh.

""Hai, Ahmad! Mau ke mana kamu dengan wajah lesu begitu?"" sapa Umar dengan nada mengejek.

""Aku ingin mencari air untuk desa,"" jawab Ahmad dengan singkat.

Umar tertawa terbahak-bahak. ""Hah! Mencari air? Kamu pikir kamu kuat membawa air dari hutan sejauh ini? Lebih baik kamu menyerah saja!""

Ahmad tidak menggubris ejekan Umar. Ia terus berjalan hingga akhirnya menemukan mata air yang diceritakan Nenek Fatimah. Airnya jernih dan segar, memancarkan kesejukan di tengah hutan yang panas. Di dekat mata air, ia menemukan sebuah ember besar yang terbuat dari kayu.

Dengan sekuat tenaga, Ahmad mengisi ember itu dengan air. Namun, ember itu sangat berat. Ia terseok-seok membawa ember itu kembali ke desa. Di tengah perjalanan, Umar menghampirinya lagi.

""Lihatlah dirimu, Ahmad! Kamu tidak akan kuat membawa ember itu sampai desa. Lebih baik kamu berikan saja ember itu kepadaku, aku yang akan membawanya,"" kata Umar dengan nada manis.

Ahmad menatap Umar dengan curiga. Ia tahu Umar tidak bisa dipercaya. ""Tidak, Umar. Aku akan membawanya sendiri,"" jawab Ahmad dengan tegas.

Umar menjadi marah. Ia mencoba merebut ember itu dari Ahmad. Terjadilah tarik-menarik yang sengit. Namun, Ahmad berpegang teguh pada ember itu. Ia tahu, air di dalam ember itu adalah harapan bagi desanya.

Akhirnya, dengan sisa tenaga yang ada, Ahmad berhasil mengalahkan Umar. Ia terus berjalan dengan semangat, meskipun tubuhnya terasa lelah. Ketika ia tiba di desa, semua penduduk menyambutnya dengan gembira. Mereka bersorak-sorai dan mengucapkan terima kasih.

Air dari ember itu digunakan untuk mengairi ladang, memberi minum hewan-hewan, dan menghilangkan dahaga penduduk desa. Desa itu kembali hidup dan sejahtera. Sejak saat itu, Ahmad dikenal sebagai pahlawan desa. Umar, karena malu dengan perbuatannya, akhirnya meminta maaf dan mulai belajar untuk menggunakan kecerdasannya untuk membantu orang lain.

Nenek Fatimah tersenyum bangga. ""Ahmad,"" ujarnya, ""Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang berbuat baik. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu.""

**Pesan Moral:** Dongeng ini mengajarkan kita untuk selalu berusaha membantu orang lain dengan tulus, meskipun menghadapi kesulitan. Kecerdasan harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk menipu dan memanfaatkan orang lain. Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang berbuat baik dan menolong sesama.

Baiklah, inilah dongeng Islami dengan judul "Burung Pipit yang Suka Menolong":

**Burung Pipit yang Suka Menolong**

Di sebuah desa yang tenang, berlatar belakang padang pasir luas yang membentang hingga ke kaki bukit tandus, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad adalah anak yang saleh, taat beribadah, dan selalu riang gembira. Kulitnya cokelat terkena sengatan matahari, matanya berbinar penuh semangat, dan senyumnya selalu menghiasi wajahnya. Ia gemar membantu ibunya di ladang kurma dan sangat menyayangi hewan-hewan di sekitarnya.

Di antara hewan-hewan yang paling disayanginya adalah seekor burung pipit kecil bernama Zubair. Zubair memiliki bulu berwarna cokelat muda dengan bercak hitam kecil di dadanya. Ia lincah, ceria, dan memiliki suara kicauan yang merdu. Zubair selalu bertengger di pohon kurma dekat rumah Ahmad, menemani Ahmad bermain dan bekerja. Ahmad sering memberikan remah-remah roti kepada Zubair.

Suatu hari, desa Ahmad dilanda musim kemarau yang panjang. Sumur-sumur mengering, tanaman layu, dan hewan-hewan mulai kelaparan. Ahmad sedih melihat Zubair dan burung-burung lainnya kesulitan mencari makan. "Ya Allah, kasihanilah mereka," bisik Ahmad sambil menatap langit yang kering kerontang.

Zubair, meskipun kecil, memiliki hati yang besar. Ia melihat penderitaan yang dialami oleh penduduk desa dan hewan-hewan lainnya. Ia teringat pesan ibunya, "Wahai Zubair, jadilah burung yang bermanfaat bagi sesama. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2: '...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…'"

Zubair kemudian terbang jauh, melewati padang pasir yang panas dan bukit-bukit terjal. Ia mencari sumber air dan makanan untuk membantu penduduk desa. Setelah berhari-hari terbang, ia akhirnya menemukan sebuah oase tersembunyi di balik bukit. Oase itu memiliki air yang jernih dan pepohonan yang berbuah lebat.

Dengan semangat, Zubair terbang kembali ke desa dan memberitahu Ahmad. "Ahmad! Ahmad! Aku menemukan oase!" kicau Zubair dengan riang. Ahmad sangat gembira mendengar kabar itu. Ia segera memberitahu penduduk desa tentang oase yang ditemukan Zubair.

Penduduk desa berbondong-bondong menuju oase tersebut. Mereka sangat bersyukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya. Mereka juga berterima kasih kepada Zubair atas kebaikannya. Mereka kemudian bersama-sama merawat oase tersebut agar dapat memberikan manfaat bagi seluruh desa.

Setelah musim kemarau berakhir, desa Ahmad kembali subur dan makmur. Ahmad dan Zubair tetap bersahabat baik. Ahmad selalu ingat pesan Zubair tentang pentingnya tolong-menolong. Ia selalu berusaha membantu orang lain yang membutuhkan, sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam.

Sejak saat itu, Zubair menjadi inspirasi bagi anak-anak di desa. Mereka belajar dari Zubair tentang pentingnya berbagi, peduli terhadap sesama, dan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki untuk membantu orang lain. Mereka menyadari bahwa setiap makhluk Allah SWT, meskipun kecil, dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kebaikan.

Ahmad seringkali menceritakan kisah Zubair kepada teman-temannya. "Lihatlah Zubair," kata Ahmad, "Meskipun ia hanya seekor burung kecil, ia memiliki hati yang mulia. Ia menggunakan kemampuannya untuk membantu kita semua. Kita pun harus seperti itu, teman-teman. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain, niscaya Allah SWT akan menyayangi kita."

Dari kisah Zubair, kita belajar bahwa setiap perbuatan baik, meskipun kecil, akan sangat berarti bagi orang lain. Menolong sesama adalah salah satu wujud syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya sifat tolong menolong dan peduli terhadap sesama, sebagaimana yang diperintahkan dalam agama Islam. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

**Gajah Kecil yang Jujur**

Di sebuah desa yang subur di bawah naungan kekhalifahan Umar bin Khattab, hiduplah seekor gajah kecil bernama Utsman. Utsman bukanlah gajah biasa. Tubuhnya memang kecil, bahkan terkecil di antara teman-teman sebayanya, namun hatinya sebesar gunung Uhud. Matanya yang bulat dan besar memancarkan kejujuran, dan belalainya yang lentur selalu bergerak-gerak, seolah siap membantu siapa saja.

Utsman tinggal bersama ibunya, Fatimah, seekor gajah betina yang bijaksana dan penyayang. Fatimah selalu menasihati Utsman untuk selalu berkata jujur, meskipun itu sulit. "Nak, kejujuran adalah cahaya yang menuntun kita di jalan yang benar," ujarnya suatu hari, sambil membelai Utsman dengan belalainya yang lembut. "Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, _'Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.'_ (QS. At-Taubah: 119). Jujur adalah salah satu bentuk takwa."

Di desa itu, hiduplah juga sekelompok gajah nakal yang dipimpin oleh gajah besar dan kuat bernama Yazid. Yazid dan teman-temannya sering mencuri buah-buahan dari kebun penduduk dan selalu menyalahkan gajah lain jika ketahuan. Mereka menakut-nakuti gajah-gajah yang lebih kecil dan mengambil jatah makanan mereka.

Suatu hari, Yazid dan kelompoknya mencuri sekeranjang besar kurma dari kebun milik seorang petani bernama Ahmad. Ahmad adalah seorang pria yang jujur dan saleh, sangat dihormati di desa itu. Ketika Ahmad menemukan kurmanya hilang, ia sangat sedih. Ia tahu, kurma itu adalah hasil panennya yang akan ia gunakan untuk menafkahi keluarganya.

Yazid dan teman-temannya, dengan wajah polos, menunjuk Utsman sebagai pelakunya. Mereka tahu bahwa Utsman adalah gajah yang kecil dan tidak akan berani membantah. Ahmad, yang mengenal Utsman sebagai gajah yang jujur dan penurut, merasa ragu. Ia memanggil Utsman dan bertanya dengan lembut, "Utsman, apakah benar kamu yang mengambil kurma milikku?"

Utsman terkejut dan ketakutan. Ia tahu bahwa jika ia berbohong, ia akan mengecewakan ibunya dan melanggar perintah Allah SWT. Namun, ia juga takut kepada Yazid dan kelompoknya. Dengan suara bergetar, Utsman menjawab, "Tidak, Tuan Ahmad. Saya tidak mengambil kurma itu. Yazid dan teman-temannyalah yang mengambilnya."

Yazid dan teman-temannya terkejut mendengar jawaban Utsman. Mereka marah dan mencoba mengintimidasi Utsman. "Kamu berani memfitnah kami, Utsman? Kami akan membalasmu!" ancam Yazid dengan suara gemuruh.

Ahmad, yang mendengar ancaman Yazid, menjadi marah. Ia tahu bahwa Yazid dan kelompoknya sering berbuat onar di desa itu. Ia kemudian memanggil para tetua desa dan menceritakan kejadian tersebut. Para tetua desa sepakat untuk menyelidiki kasus pencurian kurma itu.

Setelah melakukan penyelidikan, akhirnya terbukti bahwa Yazid dan kelompoknyalah yang bersalah. Mereka dihukum sesuai dengan perbuatan mereka, dan Ahmad mendapatkan kembali kurmanya. Sejak saat itu, Yazid dan kelompoknya tidak berani lagi berbuat onar di desa itu.

Utsman, meskipun kecil, menjadi pahlawan di desa itu. Ia dipuji karena keberanian dan kejujurannya. Fatimah, ibunya, sangat bangga padanya. Ia memeluk Utsman erat-erat dan berkata, "Nak, kamu telah membuktikan bahwa kejujuran adalah kekuatan yang besar. Allah SWT selalu bersama orang-orang yang jujur."

Pesan moral dari dongeng ini adalah bahwa kejujuran adalah sifat mulia yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Kejujuran akan membawa kita pada kebaikan dan keberkahan, serta akan melindungi kita dari keburukan. Sekecil apapun kita, jika kita memiliki kejujuran, kita akan mampu menghadapi segala tantangan dan kesulitan. Jadilah seperti Utsman, gajah kecil yang jujur, yang berani membela kebenaran meskipun harus menghadapi risiko.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Baik, ini dia dongeng Islami dengan judul "Bintang dan Si Tikus Pemalu":

**Bintang dan Si Tikus Pemalu**

Di sebuah desa kecil bernama Madinah An-Nur, di kaki bukit yang menghijau, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad adalah anak yang saleh dan taat beribadah. Rambutnya ikal berwarna cokelat, matanya bulat bersinar, dan senyumnya selalu menghiasi wajahnya yang bersih. Setiap malam, sebelum tidur, Ahmad selalu menatap bintang-bintang di langit, merenungkan kebesaran Allah SWT.

Di bawah rumah Ahmad, di antara tumpukan kayu bakar, tinggallah seekor tikus kecil bernama Umar. Umar adalah tikus yang pemalu dan penakut. Tubuhnya kecil kurus dengan bulu berwarna abu-abu kusam. Ia selalu bersembunyi dan menghindari keramaian. Umar merasa sangat rendah diri karena ukurannya yang kecil dan sifat pemalunya. Ia seringkali iri melihat tikus-tikus lain yang berani bermain di siang hari.

Suatu malam, ketika Ahmad sedang duduk di teras rumahnya sambil membaca Al-Quran, Umar keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Ia melihat Ahmad yang sedang khusyuk membaca kitab suci. Umar tertegun. Ia tidak pernah melihat seseorang membaca dengan begitu tenang dan penuh penghayatan.

“Subhanallah,” gumam Umar pelan. Ia ingin sekali mendekati Ahmad dan bertanya tentang Al-Quran, tetapi rasa malunya terlalu besar.

Melihat Umar bersembunyi di balik kayu, Ahmad tersenyum. Ia tahu bahwa Umar sering mengintipnya. Ahmad menghampiri Umar dengan perlahan.

"Assalamualaikum, wahai tikus kecil. Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu," kata Ahmad lembut.

Umar sangat terkejut. Ia belum pernah berbicara dengan manusia sebelumnya. Dengan suara gemetar, Umar menjawab, "Waalaikumsalam, wahai Tuan… Ahmad, benarkah Tuan tidak akan menyakitiku?"

"Tentu saja tidak. Allah SWT memerintahkan kita untuk menyayangi semua makhluk, termasuk binatang," jawab Ahmad sambil tersenyum. Ia kemudian membacakan sebuah ayat Al-Quran: *“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”* (QS. Hud: 6)

Umar terdiam. Ia merasa sangat tersentuh mendengar ayat tersebut. Ia menyadari bahwa Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bahkan kepada seekor tikus kecil sepertinya.

Ahmad kemudian mengajak Umar untuk berbicara. Ia menceritakan tentang kebesaran Allah SWT, tentang indahnya alam semesta, dan tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Umar mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa hatinya menjadi lebih tenang dan damai.

Sejak saat itu, Umar dan Ahmad menjadi sahabat. Setiap malam, Umar selalu menemani Ahmad di teras rumahnya. Ahmad membacakan Al-Quran dan menceritakan kisah-kisah Islami kepada Umar. Umar pun menjadi lebih berani dan percaya diri. Ia tidak lagi merasa rendah diri karena ukurannya yang kecil atau sifat pemalunya. Ia menyadari bahwa setiap makhluk memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha untuk menjadi lebih baik.

Umar belajar bahwa rasa malu yang berlebihan dapat menghalangi kita untuk meraih ilmu dan kebaikan. Ia belajar bahwa Allah SWT mencintai hamba-Nya yang berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya, tanpa memandang ukuran tubuh atau status sosial.

Suatu hari, Umar melihat seekor kucing besar mengintai Ahmad. Dengan keberanian yang baru ia miliki, Umar berlari mendekati Ahmad dan mencicit sekeras mungkin untuk memperingatkannya. Ahmad terkejut dan segera menghindar. Kucing itu pun gagal menangkap Ahmad.

Ahmad sangat berterima kasih kepada Umar. Ia memeluk Umar dan berkata, "Masya Allah, Umar. Kamu telah menyelamatkan hidupku! Keberanianmu sungguh luar biasa."

Umar tersenyum. Ia merasa sangat bahagia karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat. Ia menyadari bahwa meskipun kecil dan pemalu, ia tetap bisa memberikan kontribusi yang berarti.

Dari kisah Bintang (Ahmad) dan Si Tikus Pemalu (Umar), kita belajar bahwa:

1. **Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.**

2. **Setiap makhluk memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jangan merasa rendah diri, tetapi berusahalah untuk menjadi lebih baik.**

3. **Rasa malu yang berlebihan dapat menghalangi kita untuk meraih ilmu dan kebaikan.**

4. **Keberanian untuk berbuat baik akan mendatangkan kebahagiaan dan keberkahan.**

5. **Persahabatan sejati tidak mengenal perbedaan.**

Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk selalu berbuat baik, saling menyayangi, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

**Domba Kecil Belajar Bersyukur**

Di sebuah desa yang subur di lereng bukit Jabal Rahmah, hiduplah seorang gembala bernama Umar. Umar adalah seorang pemuda yang gagah berani, dengan janggut tipis yang menghiasi wajahnya dan mata yang teduh. Ia memiliki sekelompok domba yang menjadi tanggung jawabnya. Di antara domba-domba itu, ada seekor anak domba kecil berbulu putih bersih bernama Luthfi.

Luthfi sangat lincah dan lucu. Namun, sayangnya, ia memiliki sifat yang kurang baik: ia sering merasa iri dengan domba-domba lain yang menurutnya lebih beruntung. "Lihat bulu milik Aisyah, tebal dan mengkilap! Sementara buluku tipis dan mudah kotor," gumam Luthfi sambil memandangi Aisyah, domba betina dewasa yang anggun. "Dan Utsman, dia selalu mendapat jatah rumput terbaik dari Umar! Aku selalu kebagian sisa-sisanya."

Suatu hari, desa mereka dilanda musim kemarau panjang. Sungai mengering, padang rumput berubah menjadi cokelat dan gersang. Domba-domba Umar kesulitan mencari makan dan minum. Luthfi, seperti biasanya, mengeluh. "Ya Allah, mengapa Engkau memberikan cobaan seperti ini? Aku lapar dan haus! Mengapa domba lain masih bisa menemukan sedikit rumput hijau, sementara aku tidak?"

Umar, yang mendengar keluhan Luthfi, menghampirinya dengan sabar. "Luthfi, ketahuilah bahwa Allah SWT tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Ini adalah ujian bagi kita semua. Ingatlah firman Allah dalam Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 155-157: 'Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: 'Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun' (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.'"

Umar kemudian melanjutkan, "Bersyukurlah atas apa yang masih kamu miliki, Luthfi. Kamu masih sehat, kuat, dan bisa berjalan. Banyak hewan lain yang lebih menderita daripada kamu. Lihatlah burung-burung itu, mereka kesulitan mencari biji-bijian untuk dimakan. Bandingkan dengan dirimu, kamu masih memiliki Umar yang selalu berusaha mencarikanmu makan dan minum."

Mendengar perkataan Umar, Luthfi mulai merenung. Ia menyadari bahwa selama ini ia hanya fokus pada apa yang tidak ia miliki, dan melupakan nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Ia kemudian melihat Fatimah, domba yang lebih tua darinya, membantu domba-domba yang lemah mencari makan. Fatimah tidak mengeluh sedikit pun, justru ia selalu tersenyum dan memberikan semangat.

Terinspirasi oleh Fatimah dan nasihat Umar, Luthfi mulai mengubah perilakunya. Ia tidak lagi mengeluh dan iri dengan domba lain. Ia mulai membantu domba-domba yang lebih kecil untuk mencari makan. Ia juga selalu bersyukur atas setiap tetes air dan setiap helai rumput yang ia dapatkan.

Allah SWT melihat perubahan pada diri Luthfi. Akhirnya, doa-doa Umar dan seluruh penduduk desa dikabulkan. Hujan pun turun membasahi bumi yang kering. Padang rumput kembali hijau dan subur. Domba-domba kembali hidup bahagia dan sejahtera.

Luthfi belajar bahwa bersyukur adalah kunci kebahagiaan. Ia juga belajar bahwa cobaan adalah ujian dari Allah SWT untuk menguji kesabaran dan keimanan hamba-Nya. Sejak saat itu, Luthfi menjadi domba yang rendah hati, penyayang, dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya. Ia menjadi teladan bagi domba-domba lain di desa itu.

**Pesan Moral:**

Dongeng ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Janganlah kita iri dengan orang lain, dan janganlah kita mengeluh ketika ditimpa cobaan. Ingatlah bahwa setiap cobaan pasti ada hikmahnya, dan Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Bersyukur dan bersabar akan membawa kita pada kebahagiaan dan keberkahan hidup.

**Kupu-Kupu dan Janji di Taman Bunga**

Di sebuah desa yang subur, dekat kota Madinah pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad adalah anak yang ceria, dengan mata cokelat berbinar dan rambut ikal yang selalu berantakan. Ia dikenal jujur dan selalu menepati janji, didikan dari ibunya, Fatimah, seorang wanita salihah yang sangat mencintai Al-Quran.

Setiap sore, Ahmad bermain di taman bunga milik Abdullah, seorang sahabat Rasulullah SAW. Taman itu sangat indah, dengan berbagai macam bunga berwarna-warni dan kupu-kupu yang beterbangan. Di sana, Ahmad berteman dengan seekor kupu-kupu cantik berwarna biru yang ia beri nama Laila. Laila memiliki sayap yang berkilauan dan gerakannya sangat anggun.

Suatu hari, Ahmad berjanji kepada Laila, "Laila, besok aku akan membawakanmu madu dari sarang lebah di pohon kurma itu. Pasti kamu suka!" Laila menari-nari di udara seolah mengiyakan janji Ahmad. Ahmad sangat senang dan bergegas pulang dengan membayangkan senangnya Laila besok.

Namun, keesokan harinya, Ahmad sakit demam. Tubuhnya panas dan ia tidak bisa bangun dari tempat tidur. Ia sangat sedih karena tidak bisa menepati janjinya kepada Laila. Fatimah, ibunya, menenangkan Ahmad. "Nak, istirahatlah. Allah SWT Maha Mengetahui. Jika kamu sembuh, kamu bisa menepati janjimu."

Ahmad menangis, "Tapi Ibu, aku sudah berjanji pada Laila! Janji itu hutang!" Fatimah memeluk Ahmad dan berkata, "Benar, nak. Janji itu hutang. Tapi Allah SWT memberikan keringanan bagi orang yang sakit. Ingatlah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 286: *'Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...*' Sekarang, berdoalah kepada Allah agar kamu segera sembuh."

Keesokan harinya, Ahmad sudah merasa lebih baik. Dengan hati-hati, ia berjalan ke taman bunga. Dari kejauhan, ia melihat Laila terbang rendah seolah mencarinya. Ketika Laila melihat Ahmad, ia terbang mendekat dan menari-nari di sekeliling Ahmad.

"Laila, maafkan aku. Kemarin aku sakit dan tidak bisa menepati janjiku," kata Ahmad dengan nada menyesal. Laila hinggap di tangan Ahmad dan tampak tenang.

Tiba-tiba, Abdullah, pemilik taman, datang menghampiri mereka. "Ahmad, kamu sudah sembuh? Aku melihat Laila terus mencarimu sejak kemarin. Dia pasti sangat merindukanmu." Abdullah tersenyum bijak. "Ahmad, menepati janji itu penting, tapi Allah SWT juga melihat niat dan usaha kita. Kamu sudah berusaha menepati janjimu, dan Allah SWT Maha Pengasih."

Ahmad tersenyum lega. Ia kemudian memetik setangkai bunga madu dan memberikannya kepada Laila. Laila dengan gembira menghisap madu dari bunga itu. Ahmad belajar bahwa meskipun ia tidak bisa menepati janjinya karena sakit, niat baik dan usahanya tetap dihargai oleh Allah SWT. Ia juga menyadari bahwa Allah SWT selalu memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang berusaha.

Sejak hari itu, Ahmad semakin berhati-hati dalam berjanji. Ia selalu berusaha menepati janjinya, karena ia tahu janji adalah hutang. Ia juga selalu ingat bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu dan akan memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang tulus. Ahmad dan Laila terus berteman di taman bunga, saling mengingatkan tentang pentingnya janji dan kebesaran Allah SWT. Mereka menjadi contoh bagi anak-anak di desa tentang kejujuran dan kepercayaan.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Baik, ini dia dongeng Islami dengan judul "Si Kodok yang Tak Pernah Menyerah":

**Si Kodok yang Tak Pernah Menyerah**

Di sebuah desa kecil nan subur bernama Al-Barakah, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad adalah anak yang ceria dan sholeh. Ia memiliki rambut ikal berwarna coklat, mata yang berbinar-binar, dan pipi yang selalu merona. Setiap hari, Ahmad selalu pergi ke sungai untuk membantu ibunya mencuci pakaian. Di sungai itulah ia menemukan seekor kodok kecil berwarna hijau lumut. Kodok itu cacat, kaki kirinya pincang, namun matanya berbinar penuh semangat.

Ahmad menamai kodok itu Umar, terinspirasi dari Khalifah Umar bin Khattab yang gagah berani. Umar si kodok memang pemberani. Ia selalu berusaha mengejar serangga dan melompat ke bebatuan meskipun dengan susah payah. Namun, seringkali ia terjatuh dan menjadi bahan ejekan kodok-kodok lain yang lebih sempurna.

"Lihat Umar si pincang! Mau kemana kau?" ejek Khalid, kodok besar yang sombong. "Sudah tahu cacat, masih saja sok kuat!"

Umar hanya diam. Ia tidak membalas ejekan itu, namun hatinya sangat sedih. Ia merasa berbeda dan tidak berguna. Suatu hari, Ahmad melihat Umar murung di balik batu.

"Umar, kenapa kamu sedih?" tanya Ahmad sambil mengelus kepala kodok kecil itu.

Umar bercerita tentang ejekan teman-temannya. Ahmad tersenyum bijak. "Umar, jangan dengarkan mereka. Allah menciptakanmu dengan keunikanmu sendiri. Kekuranganmu bukan berarti kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Ingatlah firman Allah dalam Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 286: *'Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...'*"

Ahmad melanjutkan, "Allah memberikanmu semangat yang besar, Umar. Manfaatkanlah semangat itu untuk hal-hal yang baik. Jangan biarkan ejekan orang lain meruntuhkan semangatmu."

Umar terdiam, merenungkan kata-kata Ahmad. Ia teringat mimpinya untuk bisa menyeberangi sungai yang lebar itu. Sungai itu penuh dengan batu-batu besar dan arus yang deras, tantangan yang berat bagi kodok biasa, apalagi bagi Umar yang pincang. Namun, ia tidak ingin menyerah.

Sejak saat itu, Umar berlatih setiap hari. Ia melompat-lompat di atas batu, berenang melawan arus, dan menghindari rintangan. Awalnya, ia sering terjatuh dan kelelahan. Namun, ia tidak pernah menyerah. Ia selalu mengingat pesan Ahmad dan semangat yang Allah berikan kepadanya.

Suatu hari, desa Al-Barakah dilanda banjir besar. Air sungai meluap dan merendam seluruh desa. Banyak hewan yang hanyut terbawa arus, termasuk anak-anak kodok. Melihat teman-temannya dalam bahaya, Umar memberanikan diri. Ia melompat ke air dan berenang sekuat tenaga melawan arus yang deras.

Dengan susah payah, Umar berhasil menyelamatkan beberapa anak kodok. Ia membawa mereka ke tempat yang lebih tinggi dan aman. Kodok-kodok lain yang dulu mengejeknya, kini menatapnya dengan kagum. Khalid, kodok besar yang sombong itu, bahkan meminta maaf kepada Umar.

"Umar, maafkan aku. Aku telah salah menilaimu. Ternyata, kekuranganmu tidak menghalangimu untuk berbuat baik. Kau adalah pahlawan," kata Khalid dengan tulus.

Umar tersenyum. Ia tidak menyimpan dendam. Ia justru senang bisa membantu orang lain. Sejak saat itu, Umar menjadi teladan bagi semua kodok di desa Al-Barakah. Ia membuktikan bahwa kekurangan bukanlah halangan untuk meraih mimpi dan berbuat baik. Ia menjadi bukti nyata bahwa dengan semangat dan keyakinan kepada Allah, tidak ada yang mustahil.

Ahmad pun bangga melihat Umar. Ia tahu bahwa Umar telah belajar menjadi pribadi yang kuat dan bermanfaat. Ia selalu mengingatkan Umar untuk selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Karena, sesungguhnya, semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah SWT.

**Pesan Moral:** Jangan pernah menyerah pada keterbatasan diri. Gunakanlah setiap kesempatan untuk berbuat baik dan membantu sesama. Percayalah kepada Allah dan yakinlah bahwa dengan semangat dan doa, tidak ada yang mustahil.

Tentu, ini dia dongeng Islami tentang Rusa Kecil dan Rahasia Keberanian:

**Rusa Kecil dan Rahasia Keberanian**

Di sebuah desa yang damai, dekat dengan padang rumput luas di zaman Khalifah Umar bin Khattab, hiduplah seekor rusa kecil bernama Karim. Karim memiliki bulu cokelat lembut dengan bintik-bintik putih yang lucu, mata bulat yang selalu tampak ingin tahu, dan kaki-kaki ramping yang gesit. Namun, sayangnya, Karim adalah rusa yang sangat penakut. Setiap suara gemerisik dedaunan, setiap bayangan yang bergerak, membuatnya gemetar ketakutan dan lari terbirit-birit.

Suatu hari, ketika Karim sedang merumput di dekat sungai, ia mendengar suara tangisan yang lirih. Dengan jantung berdebar kencang, Karim perlahan mendekat dan melihat seorang anak laki-laki bernama Abdullah, duduk di tepi sungai sambil terisak. Abdullah adalah anak seorang petani, berumur sekitar tujuh tahun, dengan rambut hitam legam dan mata yang sayu.

"Kenapa kamu menangis, Abdullah?" tanya Karim dengan suara pelan.

Abdullah mendongak, terkejut melihat seekor rusa berbicara padanya. "Aku...aku kehilangan domba kesayanganku, Basyir. Dia terlepas dari kandang tadi pagi dan aku tidak bisa menemukannya," jawab Abdullah, air mata kembali membasahi pipinya.

Karim merasa iba. Ia ingin membantu Abdullah, tetapi rasa takutnya kembali menghantuinya. Ia membayangkan hutan yang gelap, suara serigala yang menakutkan, dan bahaya-bahaya lain yang mungkin mengintai. Namun, ia ingat pesan ibunya tentang pentingnya membantu sesama. Ibunya selalu berkata, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."

Dengan mengumpulkan segenap keberanian, Karim berkata, "Jangan khawatir, Abdullah. Aku akan membantumu mencari Basyir."

Abdullah menatap Karim dengan tak percaya. "Kamu yakin, Karim? Hutan itu berbahaya. Kamu kan rusa yang penakut."

Karim menarik napas dalam-dalam. "Aku memang penakut, Abdullah. Tapi aku tidak ingin melihatmu bersedih. Dan aku percaya, dengan pertolongan Allah, kita akan menemukan Basyir."

Maka, Karim dan Abdullah memulai pencarian mereka. Karim dengan hati-hati memandu Abdullah melewati semak-semak berduri dan melompati bebatuan terjal. Setiap kali rasa takut menghampirinya, Karim mengingat wajah sedih Abdullah dan memohon pertolongan kepada Allah. Ia membaca dalam hatinya ayat Al-Quran: "Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir." (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong). (QS. Ali Imran: 173)

Setelah berjam-jam mencari, mereka mendengar suara mengembik yang lemah. Mereka mengikuti suara itu dan menemukan Basyir terjebak di dalam semak-semak yang lebat. Abdullah segera membebaskan Basyir, dan domba itu langsung berlari menghampiri tuannya, menjilat-jilat tangannya dengan penuh kasih sayang.

Abdullah sangat gembira. Ia memeluk Karim erat-erat. "Terima kasih, Karim! Kamu benar-benar rusa yang hebat. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu."

Karim merasa lega dan bahagia. Ia menyadari bahwa keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut, tetapi kemampuan untuk bertindak meskipun merasa takut. Ia juga menyadari bahwa membantu orang lain adalah cara terbaik untuk mengatasi rasa takut.

Sejak hari itu, Karim menjadi rusa yang lebih berani. Ia tidak lagi mudah panik dan selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Ia belajar bahwa dengan beriman kepada Allah dan berbuat baik, ia bisa mengatasi segala rintangan. Dan Abdullah, ia selalu mengingat Karim, rusa kecil yang mengajarkannya tentang arti persahabatan dan keberanian.

Pesan moral dari dongeng ini adalah: **Keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut, melainkan kemampuan untuk bertindak meskipun merasa takut, dengan berlandaskan iman kepada Allah dan niat untuk membantu sesama.**

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Baik, ini dia dongeng Islami dengan judul "Semut Rajin dan Belalang Pemalas":

**Semut Rajin dan Belalang Pemalas**

Di sebuah desa subur yang dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab, hiduplah seekor semut bernama Fatimah. Fatimah adalah semut kecil yang sangat rajin dan pekerja keras. Tubuhnya mungil berwarna coklat mengkilap, matanya berbinar penuh semangat, dan kakinya lincah bergerak mengumpulkan makanan. Setiap hari, sejak matahari terbit hingga terbenam, Fatimah tak pernah berhenti bekerja. Ia memungut biji-bijian, serpihan buah, dan apa pun yang bisa ia bawa ke sarangnya. Ia melakukannya dengan sabar dan tekun, tahu bahwa musim dingin akan segera tiba.

Di dekat sarang Fatimah, tinggallah seekor belalang bernama Ahmad. Ahmad adalah belalang yang tampan dengan sayap hijau berkilauan dan kaki-kaki panjang yang lentur. Sayangnya, Ahmad sangat pemalas. Ia lebih suka bermalas-malasan di atas daun, bernyanyi riang, dan menikmati hangatnya matahari. Ia menertawakan Fatimah yang sibuk bekerja, “Hai Fatimah, kenapa kau begitu sibuk? Lihatlah, hari ini sangat indah. Nikmatilah selagi bisa!”

Fatimah hanya tersenyum dan menjawab, “Wahai Ahmad, aku bekerja untuk mempersiapkan diri menghadapi musim dingin. Musim dingin sangat keras, tidak ada makanan yang bisa ditemukan. Jika aku tidak bekerja sekarang, bagaimana aku bisa bertahan hidup nanti?”

Ahmad hanya tertawa dan berkata, “Ah, musim dingin masih lama. Jangan khawatir, Fatimah. Allah Maha Pemberi Rezeki. Pasti ada saja cara untuk bertahan hidup.” Ia kemudian kembali bernyanyi dan bermalas-malasan.

Waktu terus berlalu. Musim panas yang ceria berganti dengan musim gugur yang dingin. Daun-daun mulai berguguran dan angin bertiup semakin kencang. Fatimah semakin giat bekerja, mengisi sarangnya dengan makanan sebanyak-banyaknya.

Kemudian, musim dingin tiba. Salju mulai turun dan menutupi seluruh desa. Tanah menjadi beku dan tidak ada lagi makanan yang bisa ditemukan. Fatimah berdiam diri di dalam sarangnya yang hangat dan nyaman, menikmati hasil kerja kerasnya selama ini.

Ahmad, di sisi lain, sangat menderita. Ia kedinginan dan kelaparan. Ia mencoba mencari makanan, tetapi tidak menemukan apa pun. Ia menyesal karena telah bermalas-malasan selama musim panas. Dengan tubuh menggigil, ia memberanikan diri mendatangi sarang Fatimah.

“Fatimah, tolong aku,” pinta Ahmad dengan suara lemah. “Aku sangat lapar dan kedinginan. Bisakah kau memberiku sedikit makanan?”

Fatimah menatap Ahmad dengan iba. Ia teringat akan perkataan Ahmad saat ia sedang bekerja keras. Namun, hatinya yang penuh kasih tidak tega melihat Ahmad menderita. Ia teringat akan firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

"…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."

Fatimah lalu berkata, “Wahai Ahmad, aku memang pernah mengingatkanmu untuk bekerja keras. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu kelaparan. Masuklah ke dalam sarangku, aku akan memberimu makanan.”

Ahmad sangat berterima kasih kepada Fatimah. Ia berjanji akan belajar dari kesalahannya dan tidak akan bermalas-malasan lagi. Ia menyadari bahwa bekerja keras adalah sebuah keharusan dan bahwa Allah SWT menyukai orang-orang yang bekerja keras dan saling membantu.

Sejak saat itu, Ahmad menjadi sahabat baik Fatimah. Ia belajar darinya tentang pentingnya bekerja keras dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Ia juga belajar bahwa Allah SWT selalu memberikan rezeki kepada hamba-Nya yang berusaha, tetapi kita juga harus berusaha untuk mendapatkannya.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Baik, ini dia dongeng Islami dengan judul "Anak Harimau dan Pelajaran Tentang Sabar":

**Anak Harimau dan Pelajaran Tentang Sabar**

Di sebuah desa kecil nan subur bernama Al-Hikmah, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmad. Ahmad memiliki mata coklat yang jernih, rambut ikal berwarna madu, dan pipi yang selalu merona kemerahan. Ia dikenal sebagai anak yang ceria, namun sayangnya, ia kurang sabar. Segala sesuatu ingin diselesaikannya dengan cepat, bahkan terkesan terburu-buru.

Suatu hari, Ahmad menemukan seekor anak harimau yang terperangkap di dalam lubang di hutan dekat desa. Anak harimau itu kecil, lemah, dan tampak ketakutan. Tanpa pikir panjang, Ahmad segera berusaha menarik anak harimau itu keluar.

"Ayo, sini! Pegang tanganku! Cepat!" seru Ahmad dengan nada tidak sabar sambil menarik-narik tangan anak harimau. Anak harimau itu justru semakin ketakutan dan mencakar Ahmad.

"Aduh! Kenapa kau malah mencakar? Aku kan mau menolongmu!" Ahmad menggerutu kesal.

Melihat kesulitan Ahmad, seorang wanita tua bernama Fatimah datang menghampiri. Fatimah adalah seorang wanita yang bijaksana dan sabar. Ia memiliki kerutan di wajahnya yang menandakan pengalaman hidup yang panjang, dan senyum yang selalu menghiasi bibirnya.

"Ahmad, sabarlah Nak. Harimau itu ketakutan. Kau tidak bisa menariknya begitu saja," kata Fatimah dengan lembut. "Sabar itu separuh dari iman. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 153: 'Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.'"

Fatimah kemudian mengambil sekeranjang daging dari rumahnya. Ia meletakkan daging itu di dekat lubang, perlahan-lahan dan dengan tenang. Anak harimau itu mengendus daging tersebut dan mulai memakannya. Setelah merasa kenyang, anak harimau itu menjadi lebih tenang.

Dengan perlahan, Fatimah mengulurkan tangannya ke arah anak harimau. Anak harimau itu tidak lagi mencakar, melainkan menjilat tangan Fatimah. Dengan hati-hati, Fatimah mengangkat anak harimau itu keluar dari lubang.

Ahmad tertegun melihat kesabaran Fatimah. Ia menyadari bahwa kesabarannya sangat kurang. "Bagaimana bisa Ibu Fatimah begitu sabar?" tanyanya dalam hati.

Fatimah tersenyum kepada Ahmad. "Sabar itu butuh latihan, Nak. Sama seperti menanam pohon. Kita harus sabar menunggu bibitnya tumbuh dan berbuah. Begitu juga dengan menolong orang lain. Kita harus sabar dan penuh kasih sayang."

Sejak hari itu, Ahmad belajar untuk menjadi lebih sabar. Ia belajar bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu dan proses. Ia juga belajar bahwa kesabaran akan membawa hasil yang lebih baik daripada terburu-buru. Ia mulai belajar mengendalikan emosinya dan berpikir sebelum bertindak.

Suatu hari, Ahmad melihat seorang anak kecil yang kesulitan mengerjakan soal matematika. Ahmad tidak langsung memberikan jawaban, melainkan dengan sabar membimbing anak itu langkah demi langkah. Anak kecil itu akhirnya mengerti dan berhasil menyelesaikan soalnya sendiri.

Ahmad tersenyum bangga. Ia merasa bahagia karena telah membantu orang lain dengan sabar. Ia menyadari bahwa kesabaran adalah kunci untuk meraih keberhasilan dan kebahagiaan.

Ahmad terus berusaha menjadi pribadi yang lebih sabar. Ia tahu bahwa perjalanan untuk menjadi sabar itu panjang dan penuh tantangan. Namun, ia yakin bahwa dengan pertolongan Allah SWT, ia akan mampu meraihnya. Dan setiap kali ia merasa tidak sabar, ia selalu ingat nasihat Fatimah dan ayat Al-Quran tentang kesabaran.

Pesan Moral

Dari kisah ini kita belajar pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhari)

Itulah rangkuman lengkap mengenai {judul} yang saya sajikan dalam {label} Saya harap Anda merasa tercerahkan setelah membaca artikel ini cari inspirasi baru dan perhatikan pola makan sehat. Bantu sebarkan pesan ini dengan membagikannya. cek artikel lainnya di bawah ini. Terima kasih.

Special Ads
© Copyright 2024 - DKM Attanwir
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads